KENAIKAN YIELD TREASURY PENGARUHI LAJU RUPIAH
26 Februari 2021, 10.27 WIB
Pergerakan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan tipis terhadap dolar AS 0,07% ke posisi Rp14.090/US$. Seiring berjalannya waktu, pelemahan mata uang Tanah Air bertambah menjadi 0,14%.
Namun di pasar non deliverable forward (NDF), laju rupiah melemah cukup dalam dibandingkan dengan posisi beberapa saat sebelum penutupan.
NDF merupakan instrumen perdagangan mata uang dalam jangka waktu tertentu dengan kurs tertentu juga. Pasar NDF belum ada di Indonesia, hanya ada di pusat-pusat keuangan Internasional seperti Singapura, Hong Kong, New York, dan London.
Sementara yield obligasi Treasury AS yang mengalami kenaikan tajam membuat nilai tukar rupiah tertekan, bahkan melemah tajam jika melihat pergerakan di pasar NDF. Kamis kemarin, yield Treasury AS naik 12,6 basis poin ke posisi 1,515%, dan sebelumnya juga sempat menembus ke level 1,614% atau tertinggi sejak Februari 2020.
Adanya kenaikan yield Treasury tersebut tentu membuat obligasi (Surat Berharga Negara/SBN) menjadi kurang diminati, lantaran selisihnya semakin tipis, ditambah suku bunga acuan BI yang kembali diturunkan pekan lalu kemungkinan akan membuat yield SBN semakin menurun. Jika Nilai SBN tinggi, maka dapat menarik minat investor.
Stochastic tengah memasuki wilayah overbought membuka ruang penguatan nilai tukar rupiah. Support terdekat berada di sekitar posisi Rp14.080/US$. Selama tertahan di atas support, laju rupiah berisiko mengalami pelemahan di kisaran level Rp14.130/US$.
Jika posisi support dapat di tembus oleh rupiah, maka pergerakan mata uang Garuda berpeluang menguat ke posisi Rp14.030/US$.