Untuk Mendapatkan Harga Terbaik, Segera Hubungi Kami di (021) 2961 5678                                                                                    
RUPIAH MEMBUKA PERDAGANGANNYA DI JALUR POSITIF

30 Agustus 2022, 09.43 WIB


image

Membuka perdagangan pagi hari ini Selasa (30/8/2022), mata uang Garuda mencatat penguatan saat berhadapan dengan kurs dolar AS, setelah mengalami penurunan pada awal pekan kemarin. Rupiah diharapkan bisa bergerak menguat hingga penutupan perdagangan.

Rupiah dibuka langsung menguat 0,14% ke posisi Rp14.875/US$. Akan tetapi, penguatan tersebut harus terpangkas dan hanya sisa 0,03% menjadi Rp14.890/US$ pada pukul 09.06 WIB.

Penguatan mata uang Garuda terlihat masih belum bisa bertahan lama, lantaran kurs dolar AS terlalu menguat. Indeks dolar AS terus mengalami kenaikan hingga menyentuh ke level tertinggi dalam 20 tahun terakhir setelah ketua bank sentral AS (The Fed), Jerome Powell, menegaskan akan tetap menaikan suku bunga dan menahannya di level tinggi hingga inflasi turun ke 2%.

Sentimen dari dalam negeri, terlihat dari sikap pelaku pasar yang masih menanti pengumuman harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi Pertalite dan Solar.

Kabar kenaikan kedua bahan bakar tersebut semakin menguat setelah pemerintah mengeluarkan bantuan sosial senilai Rp24 triliun. Meski pemerintah tidak secara langsung menyebut bansos tersebut sebagai bantalan dari dana pengalihan subsidi BBM.

Mengutip data dari CNBC Indonesia, kenaikan harga BBM Pertalite dan Solar Subsidi ini akan diumumkan pada 31 Agustus 2022, dan harga baru kedua BBM tersebut akan berlaku mulai 1 September 2022.

Kenaikan harga BBM Pertalite di SPBU Pertamina kemungkinan masih akan berada di bawah Rp10.000/liter dengan range kenaikan Rp1.000 hingg Rp2.500 dari harga saat ini di Rp7.650/liter.

Sementara pasar masih akan volatil jika pasar masih belum ada kepastian kenaikan harga Pertalite. Wajar jika kenaikan harga Pertalite dan Solar bisa memicu inflasi yang tinggi, yang dapat menekan daya beli masyarakat, dan memberikan dampak pada perlambatan ekonomi.

Melihat kembali di tahun 2013 dan 2014, di mana mata uang Garuda juga mengalami kejatuhan saat kenaikan harga BBM Premium dinaikkan.